Kau selalu mengais-ngais hujan dari sisa musim
Berharap ada gerimis yang kau temukan di balik tanah yang beranjak mengeras
Tak bosankah kau terus menyibak angin yang menghembuskan debu pekat
Duduklah di dekatku. Seraya menggurat peta kenangan di rentang kemarau
Hingga tak perlu lagi hujan ‘tuk menyusuri jejak kenangan
Hari Yang Cerah Untuk Jiwa Yang Damai
Label: Puisi Cinta
Ayo kita berjalan
Walau ku tak sanggup memapahmu
Pelan saja
Biarkan angin menolong kita
Bila kau tak lagi kuat
Istirahatlah
Tak apa berlama-lama
Biarkan udara menerobos jauh ke paru-paru
Bila kau tak sabar lagi
Ikutlah dengan pejalan lain
Yang kuasa memapahmu
Biarkan kau rasakan nikmat perjalanan
Label: Puisi Cinta
Cinta adalah ruang tuk melepas diri
Jalannya adalah lorong panjang ke masa depan yang kita impikan
Kita percaya bahwa cinta harus diperjuangkan
Waktu akan menjadikan kita karang kokoh dari cakaran ombak
Ayo kita bergegas menggulung mendung!
Jangan surut!karena hidup adalah jalan ke depan
Aku selalu disini. Tepat disampingmu dikala sepi
Di depanmu dikala kau takut. Di belakangmu
Kala kau ingin sendiri
Aku adalah nyala bagimu
Seperti terang yang selalu kau hadirkan dalam hidupku
Label: Puisi Cinta
Pagi masih senyap waktu itu
Kau coba jalan menuju matahari
Seraya meniupkan embun pada kelopak bunga
Aku masih tertidur pagi itu
Kau susuri waktu membawa mimpi
Memadam api yang membakar tubuhku
Label: Puisi Cinta
Ijinkan aku ikut denganmu
Mencatat jejak-jejak masa lalu
Karena sejarah adalah jalan pintas ke masa depan yang disusuri dari masa lalu
Kita berasal dari rawa berlumpur. Dari puing-puing kenangan
Penuh jebak. Penuh halangan
Kita percaya bahwa hidup dimulai malam hari
Dari gelap ke terang, Dari kenangan ke harapan
Dari mimpi ke kenyataan
Sebentar lagi kita sampai ke titik itu
Label: Puisi Cinta
Berikan padaku diammu
Yang memberiku ruang untuk mengenalmu
Yang membawaku melihat masa lalumu
Yang olehnya kau menjadi diam
Berikan padaku diammu
Yang senantiasa mengalunkan puisi-puisi sunyi
Yang senantiasa menyanyikan lagu sepi
Di sudut hati yang selalu diam
Kaulah yang mengajariku nyeri. Hingga hingga hati tersayat perih. Oleh pisau yang menggores jarak. Kemari dekatkan diri! Lewat puisi puisi yang terangkai di sudut senja. Pada garis rindu yang semakin panjang.
Pulanglah ke rumah kita
Sebelum rindu betulbetul membatu oleh kebekuan jarak yang dingin.
Kau tentu tak tahan dingin, yang mengikat jauh ke tulangtulang
Ini kaki dan tangan tak sanggup lagi bergerak
Gigi gemeretak menahan dingin yang tak lagi hilang oleh selimut
Kau pulanglah barang sejenak
Meniupkan udara ke dalam api yang tinggal bara
Ceritamu malam ini, seperti menghukumku dalam lemari ketak berdayaanku. Kau bicara tentang sakit sedangkan aku tak bisa mengobatimu. Kuhanya bisa menyelimutimu dalam kata berharap ada sejuk yang bisa menyembuhkanmu.
Kuminta kau tidur, bukan untuk membuatmu berhenti bercerita. Tapi aku tak tahan mendengar sakitmu dan aku tak tahan dengan keterbatasanku. Kembali hanya kata
tidurlah dalam kata. Walau tak menyembuhkan.
Adakah sayapmu yang patah hari ini
Karena angin yang kuat bertiup
Menerbangkan mimpimu ke langit jauh
Saat kau asik menerangi gelap
Kini kau cuma mengiginkan matahari
Hadir di hidupmu
Dan kau percayakan mimpimu padanya
Hingga kau tak lagi peduli mimpimu
Tapi matahari tak ingin kau terluka
Tak ingin sayapmu kaku mengepak
Istirahatlah barang sejenak
Dalam rangkulan malam yang selalu dingin